Dalam sebuah hadist diceritakan seorang petani yg membeli sebuah lahan pertanian. Saat tanah itu diolah petani ini mendapat sebongkah emas. Dengan cepat petani ini mendatangi penjual tanah dan menyerahkan emas itu sambil berkata "Saya temukan emas ini di lahanmu dan ambillah karena saya hanya membeli tanahmu." Penjual tanah tdk mau menerima karena dia merasa sudah menjual tanah dan seluruh isinya. Karena tidak ada yg mengalah keduanya datang kepada orang bijak di kampung itu. Karena masing2 tetap ngotot, maka orang bijak itu bertanya kepada penjual apakah punya anak gadis, dan juga bertanya kepada pembeli apakah punya anak pria. Karena kebetulan mereka memilikinya maka dikatakan "kalau begitu kawinkan mereka dan jadikan emas ini sebagai biaya pernikahan dan kehidupan rumah tangga keduanya."
|
ilustrasi (sumber foto : suarapemredkalbar.com) |
Seringkali kita mendengar terjadinya keributan di tengah masyarakat karena sengketa tanah antar keluarga atau antar penjual dan pembeli. Masing-masing merasa memiliki dan tdk ada yg mengalah. Masing-masing menuntut hak dan melupakan kewajiban. Kadang ada yg terus berselisih sampai generasi berikutnya. Bahkan ada yg tidak tega menghabisi saudaranya sendiri gara2 harta warisan.
Orang beriman menyadari bahwa kehidupan ini seperti permainan. Harta yg kita kumpulkan dengan susah payah tidak akan kita bawa mati bahkan boleh jadi menjadi sengketa anak-anak kita di kemudian hari. Orang beriman tidak ngotot menuntut sesuatu walaupun secara hukum itu haknya kalau dia melihat ada yg lebih membutuhkan. Mereka hanya berlomba-lomba menambah amal sebagai bekal hidup di akhirat kelak.
Maha Benar Allah dgn firman-Nya: Wamaa haadzihil hayaatud dunyaa illaa lahwuw wala'ib. Wa innaddaaral aakhirata lahiyal hayawaanu lau kaanuu ya'lamuun (QS Al-Ankabuut 29:64). Artinya: Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yg sebenarnya sekiranya mereka mengetahui.
SADARKAN DIRIMU UTK MELIHAT KEHIDUPAN DUNIA PENUH DENGAN PERMAINAN SEMATA.
Pesan Pasca Ramadhan (29 Shafar 1438H).
By: Prof. Veni Hadju
ADS HERE !!!